Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Februari 2012

Putusan Pengadilan Hong Kong Hapus Diskriminasi TKI Senin, 3 Oktober 2011 | 8:41 Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat Berita Terkait Pemerintah Harus Lakukan Moratorium Kirim TKI Informal ke Timteng BNP2TKI Gelar Rakornis TKI di Dubai Soal Asuransi TKI, Jumhur Kritik Muhaimin Percepat Pelayanan TKI Malaysia Tutup Pendaftaraan Pemutihan TKI [JAKARTA] Hong Kong telah memutuskan pekerja asing sektor rumah tangga bisa menjadi warga tetap (permanent resident), sehingga menghapus diskriminasi atas TKI yang selama ini terjadi. "Ini langkah yang sangat positif, karena sebelum aturan berhak menjadi warga tetap hanya berlaku bagi pekerja asing non sektor rumahtangga," kata Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Moh Jumhur Hidayat, kepada pers, Minggu (2/10). Ia menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 147.000 -150.000 TKI di Hong Kong dan mayoritas merupakan penata laksana rumahtangga termasuk merangkap pengasuh bayi dan orangtua jompo. Para TKI di Hong Kong memperoleh gaji sekitar Rp 3,5-4 juta per bulan serta hak libur sehari dalam satu pekan. Jumhur menambahkan, TKI penata laksana rumah tangga bisa menjadi warga tetap setelah bekerja selama tujuh tahun di Hong Kong. Jumhur juga menilai keputusan Pengadilan Tinggi Hong Kong itu sebagai bentuk penghargaan hak asasi manusia (HAM) terhadap pekerja sektor rumahtangga yang tidak pernah bisa diperoleh sebelumnya. Namun menurutnya, dengan ketentuan baru itu bukan berarti akan banyak orang Indonesia mengejar kesempatan menjadi warga tetap di Hong Kong. "Pada umumnya TKI tetap akan pulang ke tanah air atau kembali kepada keluarganya, mengingat TKI sesuai tradisi selalu pulang ke Indonesia secara rutin atau berkala," jelasnya. Dikatakan, bila ada TKI yang berminat menjadi warga tetap di Hong Kong, kesempatan itu pun sekarang terbuka. "Jadi, ini menjadi pilihan bebas bagi para TKI mau pulang atau menetap di Hong Kong. Artinya HAM TKI benar-benar telah dihargai di Hong Kong," imbuhnya. Ketentuan baru itu juga tidak berarti harus ditafsirkan adanya kebebasan untuk pindah kewarganegaraan, karena hal itu tidak relevan untuk dilakukan oleh TKI yang kerap menjunjung keindonesiaannya. "Untuk tinggal tetap di sana jelas tidak ada masalah seperti juga berlaku di berbagai negara lain di mana banyak WNI/TKI melakukannya, tanpa perlu mengubah kewarganegaraan," tegasnya

ABU NAWAS

cerita lucu abu nawas dan ibu angkatnya   Pada suatu hari abu nawas menghadap ke Istana. Ia pun bercakap-cakap dengan Sultan dengan riang gembira. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran di benak Sultan. “Bukankah Ibu si abu nawas ini sudah meninggal? Aku ingin mencoba kepandaiannya sekali lagi, Aku ingin menyuruh dia membawa ibunya ke istanaku ini. Kalau berhasil akan aku beri hadiah seratus dinar. “Hai, abu nawas,” titah Sultan, “Besok bawalah Ibumu ke istanaku, nanti aku beri engkau hadiah seratus dinar.” Abu Nawas kaget. “Bukankah beliau sudah tahu kalau ibuku sudah meninggal, tapi mengapa beliau memerintahkan itu,” pikirnya. Namun dasar abu nawas, ia menyanggupi perintah itu. “Baiklah, tuanku, esok pagi hamba akan bawa ibu hamba menghadap kemari,” jawabnya mantap. Setelah itu ia pun mohon diri. Sesampai di rumah, setelah makan dan minum, ia pergi lagi. Dijelajahinya sudut-sudut negeri itu, menyusuri jalan, lorong dan kampung, untuk mencari seorang perempuan tua yang akan dijadikan sebagai ibu angkat. Rupanya tidak mudah menemukan sesosok perempuan tua. Setelah memeras tenaga mengayun langkah kesana kemari hingga jontor, barulah ia menemukan yang dicari. Perempuan itu adalah seorang pedagang kue apem di pinggir jalan yang sedang memasak kue-kue dagangannya. Dihampirinya perempuan tua itu. “Hai, ibu, bersediakah engkau kujadikan ibu angkat?” kata abu nawas. “Kenapa engkau berkata demikian?” tanya si Ibu tua itu. “Apa alasannya?” Maka diceritakanlah perihal dirinya yang mendapat perintah dari Sultan agar membawa ibunya ke istana. Padahal ibunya sudah meninggal. Juga dijanjikan akan membagi dua hadiah dari Sultan yang akan diterimanya. “Uang itu dapat ibu simpan untuk bekal meninggal bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan,” kata abu nawas. “Baiklah kata si Ibu tua itu, aku sanggup memenuhi permintaanmu itu.” Setelah itu abu nawas menyerahkan sebuah tasbih dengan pesan agar terus menghitung biji tasbih itu meskipun di depan Sultan, dan jangan menjawab pertanyaan yang diajukan. Sebelum meninggalkan perempuan itu, abu nawas wanti-wanti agar rencana ini tidak sampai gagal. Untuk itu ia akan menggendong perempuan tua itu ke istana. “Baiklah anakku, moga-moga Tuhan memberkatimu,” Kata si ibu tua. “Dan terutama kepada Ibuku…” Keesokan harinya pagi-pagi sekali abu nawas sudah sampai di istana lalu memberikan salam kepada Sultan. “Waalaikumsalam, abu nawas,” jawab Sultan. Setelah itu Sultan memandang abu nawas. Bukan main terkejutnya Sultan melihat abu nawas menggendong seorang perempuan tua. “Siapa yang kamu gendong itu?” tanya Sultan. “Diakah ibumu?” tapi kenapa siang begini kamu baru sampai?” “Benar, tuanku, inilah ibu Patik, beliau sudah tua dan kakinya lemah dan tidak mampu berjalan kemari, padahal rumahnya sangat jauh. Itu sebabnya patik gendong ibu kemari,” kata abu nawas sambil mendudukkan ibu tua di hadapan Sultan. Setelah duduk ibu tua itu pun memegang tasbih dan segera menghitung biji tasbih tanpa henti meski Sultan mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya. Tentu saja Sultan tersinggung, “Ibumu sangat tidak sopan, lagi pula apa yang dikatakannya itu sampai tidak mau berhenti?” Sembah abu nawas, “Ya tuanku Syah Alam, suami ibu patik ini 99 banyaknya. Beliau sengaja menghafal nama-nama mereka satu persatu, dan tidak akan berhenti sebelum selesai semuanya.” Seratus Dinar Demi mendengar ucapan abu nawas tadi perempuan tua itu pun melempar tasbih dan bersembah datang kepada Sultan. “Ya tuanku Syah Alam,” katanya, “Adapun patik ini dari muda sampai tua begini hanya seorang suami hamba. Apabila sekarang ini berada di hadapan tuanku, itu adalah atas permintaan abu nawas. Dia berpesan agar patik menghitung-hitung biji tasbih dan tidak menjawab pertanyaan tuanku. Nanti abu nawas akan membagi dua hadiah yang akan diterimanya dari tuanku.” Begitu mendengar ucapan perempuan tua itu Sultan tertawa dan menyuruh memukul abu nawas seratus kali. Ketika perintah itu akan dilaksanakan, abu nawas minta izin untuk dipertemukan dengan Sultan. “Ya tuanku, hukuman apakah yang akan tuanku jatuhkan kepada hamba ini?” “Karena engkau berjanji kepadaku akan membawa ibumu kemari, akupun berjanji akan memberi hadiah uang seratus dinar, tapi karena kamu tidak bisa memenuhi janjimu, dapatlah engkau seratus kali pukulanku,” kata Sultan. “Ya tuanku, Syah Alam,” kata abu nawas, “Patik berjanji dengan perempuan tua ini akan membagi dua hadiah yang akan tuanku berikan kepada hamba, tetapi karena sekarang hamba mendapat dera, hadiah itu juga harus dibagi dua, karena yang bersalah dua orang, patik terimalah hukuman itu, tetapi lima puluh seorang dengan perempuan tua ini.” Dalam hati Sultan bergumam, “Jangankan dipukul lima puluh kali, dipukul sekali saja perempuan tua ini tidak akan mampu berdiri.” Setelah itu Sultan memberi lima puluh dinar kepada perempuan tua itu sambil berpesan agar tidak cepat percaya kepada abu nawas bila lain kali menemuinya. Dengan suka cita diterimanya hadiah itu dan dipandangnya abu nawas. “Ya tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun, jika ibuku telah mendapat anugerah dari paduka, tidak adil kiranya bila anaknya ini dilupakan begitu saja.” “Hmm…ya, terimalah pula bagianmu,” ujar baginda sambil tersenyum, “Ini…” Semua orang tertawa dalam hati. Setelah abu nawas bermohon diri pulang ke rumah. Demikian pula perempuan tua itu dan semua yang hadir di Balairung, dengan perasaan masing-masing.

PARODI KOMIK SBY - AFIKA

KUMPULAN PUISI CINTA

Ku lakukan yang terbaik yang ku bisa Ku relakan tubuh ini terabaikan ku kerjakan apa yang ku bisa ku tak pernah fikirkan diriku ku hanya berbuat sekuat tenagaku begitu aku mencintaimu begitu aku menyayangimu sepenuh hatiku walau tak sempurna Ragukanlah jika bulan kan slalu purnama.. Ragukanlah jika awan kan slalu putih.. Ragukanlah jika kuncup kan slalu mekar… Tpi..jangan kau ragukan betapa tulusnya cinta Q pada mu.. Ketika hati diketuk Lidah kelu tidakmenjawab Hanya Hati yang bicara Aku Jatuh Cinta padamu Aku tahu Hatiku selalu jujur Ketka aku mendengarkan suaranya Dan Kupejamkan mataku kadang ku ingin menangis…. aku ingin berlari…. tinggalkn semua…. tinggalkan semua belenggu yang ad di hati ne…. sesak d hati ne… tak bisa bernafas menghirup udara…. ku letih dengan semua ne…. ke jenuh dengan hidup ne… aku harus bagaimana? aku harus seperti apa? aku harus dimana? untukku sandarkan rsa letih dan jenuh ne Rasa sayang tanpa balas Menguji kesungguhan hati Menggali Kebenaran Nurani Apakah ada cinta yang sejati Tak ada yang tahu kapan Kutau bila itu memang ada Dan selamanya tetap ada Jauh di dasar hati Terkadang Hati memerih Dan di bertanya Haruskah aku menderita karena cinta? Mengapa aku harus bertanya Kalau Cinta tak pernah menyakitiku Cintaku bila cinta adalah nafas aku ingin hidup seabad bila cinta adalah keindahan aku ingin slalu memandangmu … bila cinta adalah luka aku takkan pernah peduli betapa sakitnya aku ingin terus mencintaimu tak pernah peduli seberapapun pahitnya bila cinta adalah air mata aku akan tetap tersenyum agar kamu tahu aku begitu tulus menyayangimu…..